imhappyforyou

Thursday, March 3, 2011

...I hear, I see, I do

Apa yang memenuhi pikiran saya saat itu adalah kenapa saya nggak bisa ingat? Kenapa istilahnya pakai bahasa inggris? Dan kenapa saya tulalit bahasa inggris??? Sample space adalah... Random experiment adalah... axiomatic... deterministic... discrete... exhaustive... priori... postenon... Semua berkelebat dalam tempurung ini—yang tiba-tiba nge-hang—dan sinyal kuat yang dikirim ke seluruh tubuh segera melumpuhkan, dimulai dari mata yang memberat, menguap terlalu sering dan akhirnya saya mengantuk. Sambil menahan kantuk yang semakin menjadi, saya bertanya pada diri sendiri—kenapa saya nggak bisa menterjemahkan kata-kata itu? Padahal saya tahu maksudnya. Dan kenapa kalimat-kalimat Sang Dosen seperti suara sekumpulan lalat yang mengganggu? Kenapa otak saya tidak merespon??  Saking stress nya akhirnya dengan khusyuk saya berdoa. Supaya nggak kebagian ditunjuk Dosen—menjelaskan ulang arti kata-kata itu—dan mudah-mudahan nggak akan ada kuis hari ini. Karena sekarang saya pusing dan ngantuk. Titik.

Beberapa menit yang memuakkan, setor muka dengan tatapan seolah-olah mengerti sambil menahan kantuk dan menguap—yang menjadi amat sering. Di sisi lain Sang Dosen dengan wibawanya berbicara kepada seluruh hadirin dalam kuliah paginya. Entah darimana mulainya—karena ketidak fokusan saya—saya mendengar beliau kurang lebih mengatakan, “Ada pepatah Cina yang sangat indah.” Tiba-tiba seperti bunyi klik di kepala, otak saya merespon dan berbisik, “Itu sesi tie break, refresh, ayo dengarkan lebih seksama, pasti seru!” Seperti monolog saya mengiyakan, kemudian beliau melanjutkan, “Mungkin di kelas ini ada yang tahu? Tidak ada? Aaah—berjalan menuju papan tulis, mulai menulis—ini pepatah Cina yang sangat indah sekali”. Semua perhatian tertuju pada kata yang mulai ditulis Sang Dosen. Setelah selesai beliau berbalik. Dan dengan jeda yang pantas, beliau memberikannya kepada kami yang hadir di ruangan itu untuk melihat dengan utuh kalimat yang di goresnya.

            ‘I hear, I forget. I see, I remember. I do, I understand.’

Memang indah, ucapku dalam hati. Kemudian beliau kurang lebih berkata, 
“Kita bisa mendengar apa yang ingin kita dengar, tapi begitu cepat pula kita melupakannya. Kita juga bisa melihat sesuatu dan dengan melihat kita bisa mengingatnya. Apalagi kalau kita bisa mengaplikasikan ilmu atau sesuatu atau apa sajalah, kita akan tahu apa maksud dibalik semua itu. Dan yang terpenting adalah kita—menunjuk semua yang hadir—mengerti.”

Hening. Saya hening. Dalam hati saya bersyukur bisa mendengar sesuatu yang bermakna di sini, hari ini oleh Dosen yang selama ini mahasiswa takuti—kakak kelas takut dengan beliau, dan karena cerita dari mereka, kami juga ikut-ikutan takut. Tapi sekarang tidak. Beliau tidak seperti itu. Malah sangat baik hati. Akhirnya hari ini saya mendengar, melihat dan menyadari dibalik sikap tegas dan disiplinnya, ada hati yang tulus, bersih. Saya merasa sangat tolol sekali karena mengantuk sebelum ini. Ini—sekali lagi—belaian tangan Tuhan untuk hati hati kami. Kita jarang bersyukur dan kurang  memaksimalkan apa yang telah Tuhan beri. Telinga. Mata. Hati. Oh Ya Rabb...

Catatan:

Semua perkataan dosen adalah rekayasa saya. Saya lupa persisnya—karena saya bukan tape recorder. Dan yang tahu kejadiannya seperti apa pasti merasa kepingin muntah—ups... permisi, saya juga pingin muntah. Sebenarnya dosen saya bicaranya nggak gitu-gitu amat. Ahahaha...

No comments:

Post a Comment