Yarmuk Ketika panji elang muda berkibaran
Kuda yang dinaiki Khalid pun seolah merasakan aura
itu. Aura kemegahan sebuah pasukan. Di mana-mana berkibar panji elang muda dan
kedengaran tetabuhan perang. Tuan yang kini duduk di atas punggung kuda itu
adalah panglima nan perkasa. Kata-katanya sekuat karang, energinya segelombang
samudra, taktiknya setajam pedang.
Khalid menghela kudanya menuju Abu 'Ubaidah, sementara
di kejauhan pasukan Romawi telah berkumpul di lembah sempit dengan pongah. Di
tangan mereka pedang dan terompet-terompet yang bunyinya menyaingi petir.
Kuda Khalid telah begitu dekat dengan kuda Abu
'Ubaidah. Keduanya bersisihan ketika Khalid mengatakan apa yang hendak dia
sampaikan. "Aku akan memerintahkan sesuatu."
Abu 'Ubaidah mengangguk takzim. "Katakan apa yang
Allah perintahkan kepadamu. Aku akan mendengar dan mematuhi."
"Romawi memiliki pasukan yang tak
terbendung." Khalid menatap kejauhan. Ke arah gereombolan lawan. "Aku
menghawatirkan bagian kanan dan kiri. Aku mempunyai pendapat untuk memecah
pasukan berkuda kita menjadi dua bagian; keduanya akan kuletakkan di bagian
belakang pasukan. Sebelah kanan dan kiri, sehingga jika musuh menyerang, mereka
masih memiliki bantuan. Kita akan datang di belakang mereka."
Abu 'Ubaidah tersenyum cemerlang. "Alangkah
brilian idemu, Khalid."
"Aku perintahkan engkau untuk berada di bagian
belakang pasukan, Abu 'Ubaidah." Khalid menatap lurus ke titik mata Abu
'Ubaidah, "Paling belakang. Sehingga jika ada aggota pasukan kita yang
menyerah dan hendak lari ke belakang, mereka melihat dirimu. Dengan begitu
mereka akan malu kepadamu dan kembali ke medan perang."